A. POLA-
POLA HUBUNGAN INTERAKSI
Hubungan
bukanlah entitas statis yang tidak pernah berubah, kita terus mengubah apa yang
kita lakukan dan apa yang kita katakan berdasarkan reaksi orang lain dan
seiring waktu hubungan tersebut berjalan. Para akademis komunikasi yang
melakukan penelitian tentang teori ini dikenal dengan sebutan Palo Alto Group. Teori
ini menjelaskan tentang hubungan –hubungan yang timbul setelah kita melakukan
interkasi, jika kita menerima suatu pesan maka pada saat bersamaan kita juga
akan memperoleh pesan hubungan yang berkaitan dari pesan tersebut. Sebagai
contoh; jika dosen anda mengatakan bahwa
dalam waktu dekat ini kita akan mengadakan ujian, maka pesan hubungan
yang dibangun bisa ia ucapkan seperti ; “ saya ingin peningkatan nilai kalian
dari ujian sebelumnya maka bacalah materi-materi yang sudah saya beri”.
Selain itu
teori ini juga mengartikan hubungan dengan interaksi yang mereka
lakukan. Apabila kita berinteraksi dengan teman
atau rekan kerja kita maka kita akan selalu menciptakan sebuah dugaan
atas apa yang ia bicarakan atau ia lakukan. Yang akan menimbulkan sebuah
peratutan yang tak tertulis berlandaskan hubungan tersebut yang cenderung akan
kita patuhi bersama, namun peraturan-peraturan tersebut akan berubah seiring
dengan perubahan pada pola interaksi nantinya. Dan juga satuan dasar dari
hubungan bukanlah seseorang atau dua orang, tetapi interaksi dari perilaku yang merespon prilaku orang lain.
Ada dua tipe pola yang menggambarkan gagasan ini;
1)
Hubungan simetris (symmetrical relation) Jika dua orang saling merespon dengan
cara yang sama. Ex; jika seseorang merespon interaksi orang pertama dengan
senyuman pertemanan dan orang kedua juga merespon yang sama maka akan terbangun
rasa pertemanan dan persaudaraan.
2)
Pelengkapan (complementary) dalam hubungan ini, pelaku komunikasi
merespon dengan cara yang berlawanan, ketika seseorang bersifat menguasai yang lainnya mematuhi, ketika
seseorang bersifat mendidik yang lain diam, dan ketika seseorang menjaga dan
yang lainnya menerima.
B.
TEORI
PENETRASI SOSIAL
Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman
& Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang
bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam
proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana
terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, teori ini juga
mengindentifikasikan proses peningkatan pengungkapan dan keintiman dalam sebuah
hubungan.
Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang
merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer
atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita
akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.
Lapisan kulit terluar dari
kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, apa yang biasa
kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika
kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada
lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih
bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi
orang-orang tertentu saja, orang terdekat misalnya.
Dan lapisan yang paling dalam adalah
wilayah private, di mana di dalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri,
konflik-konflik yang belum terselesaikan, emosi yang terpendam, dan semacamnya.
Lapisan ini tidak terlihat oleh dunia luar, oleh siapapun, bahkan dari kekasih,
orang tua, atau orang terdekat manapun. Akan tetapi lapisan ini adalah yang
paling berdampak atau paling berperan dalam kehidupan seseorang. Selain itu taraf
kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini.
Dalam perspektif teori penetrasi
sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai berikut:
1) Kita lebih sering dan lebih cepat akrab
dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah
membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita
kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat
pribadi dan personal.
2) Keterbukaan-diri (self disclosure)
bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu
hubungan.
3) Penetrasi akan cepat di awal akan
tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin
dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan
suatu proses yang panjang.
4) Depenetrasi adalah proses yang
bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak
berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi
proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih
bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.
Dalam teori penetrasi sosial,
kedalaman suatu hubungan adalah penting. Tapi, keluasan ternyata juga sama
pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat
pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita. Akan
tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi yang
lainnya. Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat
terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang lainnya.
C.
TEORI
DIALEKTIKA RELASIONAL.
Teori
dialektika relasional merupakan sebuah teori komunikasi yang menyatakan bahwa hidup berhubungan dicirikan oleh
ketegangan-ketegangan atau konflik antar individu. Konflik tersebut terjadi
ketika seseorang mencoba memaksakan keinginannya satu terhadap yang lain.
Selain itu teori ini juga menggambarkan hidup hubungan sebagai kemajuan dan pergerakan
yang konstan. Orang-orang yang terlibat di dalam hubungan terus merasakan
dorongan dan tarikan dari keinginan-keinginan yang bertolak belakang di dalam
sebuah bagian hidup berhubungan.
1)
Hubungan tidak bersifat linier. Asumsi ini berpendapat
hubungan manusia terdiri atas fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan
yang kontradiktif.
2)
Hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan. Proses
atau perubahan suatu hubungan merujuk pada pergerakan kuantitatif dan
kulaitatif sejalan dengan waktu dan kontraksi-kontraksi yang terjadi, di
seputar mana suatu hubungan dikelola (Baxter dan Montgomery, 1996).
3)
Kontradiksi merupakan fakta fundamental dalam hidup
berhubungan. Kontradiksi atau ketegangan terjadi antara dua hal yang berlawanan
tidak pernah hilang dan tidak pernah berhenti menciptakan ketegangan.
4)
Komunikasi sangat penting dalam mengelola dan menegosiasikan
kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan. Dalam perspektif dialektika relasional,
actor-aktor sosial memberikan kahidupan melalui praktek-praktek komunikasi
mereka kepada kontradiksi-kontradiksi yang mengelola hubungan mereka.
Elemen-elemen dasar dalam perspektif
teori Dialektika yakni:
1) Totalitas (totality), mengakui
adanya saling ketergantungan antara orang-orang dalam sebuah hubungan.
2) kontradiksi (contradiction), merujuk
pada oposisi – dua elemen yang bertentangan.
3) pergerakan (motion), merujuk pada
sifat berproses dan hubungan dan perubahan yang terjadi pada hubungan itu
seiring dengan berjalannya waktu.
4) praksis (praxis), merujuk pada
kapasitas manusia sebagai pembuat pilihan.
Teori ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, adapun kelebihannya yakni memiliki unsur heurisme (.Teori ini memberikan pandangan
yang luas terhadap hubungan dan telah menjadi bahan lintas bidang ilmu). Sedangkan, kekurangannya terletak
pada kemungkinan
pengujiannya dalam mengatasi berbagai hubungan dan sifatnya yang terlalu
parsimoni.
Respons yang diterima untuk teori
ini yakni; Walaupun ketegangan dialektika merupakan hal yang berlangsung
terus-menerus, orang melakukan usaha untuk mengelola hal tersebut. Beberapa
penelitian (Jameson, 2004), mengamati kesopanan sebagai metode umum untuk
mengelola ketegangan dialektis. Baxter (1988) mengidentifikasi empat strategi
spesifik untuk tujuan ini, yaitu:
1) Pergantian bersiklus (cyclic
alternation), adalah respons untuk menghadapi ketegangan dialektis yang merujuk
pada perubahan sejalan dengan waktu.
2) Segmentasi (segmentation), adalah
respons untuk menghadapi ketegangan dialektis yang merujuk pada perubahan
akibat konteks.
3) Seleksi (selection), adalah respons
untuk menghadapi ketegangan dilektis yang merujuk pada pemberian prioritas pada
oposisi-oposisi yang ada.
4) Integrasi (integration), adalah
respons untuk menghadapi ketegangan dialektis yang merujuk pada membuat
sintesis oposisi, hal ini terdiri atas tiga strategi, yaitu:
a) Membingkai ulang (reframing),
merujuk pada mentransformasi dialektika yang ada dengan cara tertentu sehingga
dialektika itu seperti tidak memiliki oposisi.
b) Menetralisasi (neutralizing),
merujuk pada substrategi dari integrasi; kompromi tehadap dua oposisi.
c) Mendiskualifikasi (disqualifying),
merujuk pada penetralan dialektika dengan memberikan penetralan dialektika
dengan memberikan pengecualian pada beberapa isu dari pola umum
Thank you udah berkunjung ke Blog Sebakul...
By:Andra Itawwa
DAFTAR
PUSTAKA
Littlejohn, Stephen W., & Foss, Karen A., (2009),
Theories of Human Communication, terjemahan: Salemba Humanika : Jakarta.
Teori_dialektika_relasional.
From http//id.wikipedia.org/wiki/Teori_dialektika_relasional
Teori_dialektika_relasional.
From http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_dialektika_relasional
Teori
Penetrasi Sosial virtual yearry. From http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/29/teori-penetrasi-sosial/
0 komentar:
Posting Komentar