Jumat, 09 Desember 2011

Kain Basurek Asli Bengkulu


Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian muncul seni batik tulis sepertiyang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Sejarah batik sendiri berkaitan dengan perkembangan kerajaan majapahit dan kerajaan sesudahnya,dalam pencatatannya perkembangan batik dilakukan pada masa-masa kerajaan mataram,kemudian pada kerajaan solo dan Jogjakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar diatas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dahulu,awal mula batik ini hanya dikerjakan dengan sangat terbatas yang dikhususkan bagi kerajaan dalam kraton,seiring dengan berjalannya waktu,kesenian ini pun dibawa keluar kraton dikerjakan ditempat masing-masing yang nantinya membuat seni batik ini mulai berkembang dan menyebar.
Daerah Bengkulu pun memiliki batik khas yang disebut Kain  basurek,proses pembuatannya sama dengan batik dipulau jawa,ada batik tulis dan batik cap yang membedakan adalah motifnya. kain batik asli Bengkulu yang merupakan element budaya Bengkulu,mengapa nama dari kain ini adalah basurek? kata basurek merupakan makna dari kata serapan bersurat atau menulis.jadi,batik basurek dapat diartikan sebagai batik yang bertuliskan dimana makna basurek ini sendiri pada hakekatnya bermotifkan huruf kaligrafi yang bertuliskan huruf arab gundul yang sebagian besar digunakan berupa hiasan pada motif kain itu sendiri,selain itu juga motif yang paling menonjol adalah bunga rafflesia salah satu ciri khas Bengkulu dari kesemua motif yang bertuliskan tersebut mempunyai keterkaitan penting tentang makna kehidupan dan alam sebagaimana yang telah turun temurun oleh para leluhur terdahulu dikalangan masyarakat Bengkulu.
namun seiring perkembangannya,kain basurek kini lebih menggunakan teknologi cap(printing)motif basurek,selain juga proses seperti kain batik tulis atau dilukis dengan tangan,jadi tidak setiap toko menjual kain batik basurek asli atau yang dilukis dengan tangan.sebagian menjual kain dengan proses cap.
Selama ini,layaknya kerajinan tradisional turun temurun lainnya,pembuatan kain basurek dikerjakan dirumah-rumah oleh para pengrajin.namun tidak meningkatnya permintaan atas kain basurek tersebut,kegiatan melukis secara langsung kini sudah semakin jarang dilakukan.inilah yang menyebabkan teknologi cap(printing)dilakukan meski tetap bermotif basurek.
Sebenarnya,upaya itu dilakukan agar lebih memasyarakatkan kain basurek.hal ini dikarenakan kain basurek cap lebih murah dibandingkan kain tulis.selain itu melalui pengembangan motif meski mendobrak tradisi lama,diharapkan bisa membuat kain basurek terus popular dan dipakai tidak hanya untuk keperluan adat.
Adapun motif asli atau dasar kain basurek terdiri atas 4 motif secara garis besar,antara lain:
1.      Motif kaligrafi,yang berarti kain basurek bertuliskan arab
2.      Rembulan dan ndash,yang berarti kaligrafi arab yang menggambarkan ciptaan tuhan
3.      Motif kaligrafi,penggambungan motif flora seperti melati yan telah sejak dulu digunakan masyrakat bengkulu  dan pengaruh islam.
4.      Pohon hayat,motif kain ini menggambarkan kehidupan flora dan fauna serta pelemburan unsur islam.
 “Motif-motif batik tidak sekedar gambar atau ilustrasi saja namun motif-motif batik tersebut dapat dikatakan ingin menyampaikan pesan, karena motif-motif tersebut tidak terlepas dari pandangan hidup pembuatnya, dan lagi pemberian nama terhadap motif-motif tersebut berkaitan dengan suatu harapan”(kuswadi,k,1985:10-11)
Kain basurek ini sendiri merupakan salah satu nilai kebudayaan Bengkulu yang telah sejak lama digunakan oleh masyarakat Bengkulu yang digunakan para tetua adat dan peresmian penting lainnya seperti upacara adat,perkawinan,cukur bayi,mengantar mayat kekuburan,acara kesenian dan lain-lain.sesuai dengan motif dan fungsional yang telah ditetapkan sejak zaman dahulu.
menurut pemuka adat masyarakat kota madya Bengkulu,kain basurek dipergunakan untuk acara-acara keramaian resmi daerah yang selalu menjadi ikon utama yang menonjol bagi masyarakat Bengkulu.”indahnya bukan hanya sebatas pemuas mata,melainkan melebur dengan nilai-nilai moral,adat tabu,agama,dan lain sebagainya”.(Hamidin,2010)
Selain itu,menurutnya kembali bahwa penggunaan kain basurek sudah sejak lama dipakai dalam upacara-upacara adat,adapun yang pertama mempelopori kegiatan pembuatan kain basurek adalah nyonya asyiya beliaulah sang penggerak bagi para pengrajin dibengkulu yang ia kembangkan bagi masyarakat Bengkulu agar memiliki daya terampil dalam membuat kerajinan ini,telah banyak ia dirikan dan cabang-cabang agar kain basurek mempunyai daya jual serta yang tinggi untuk masyarakat luar tentang budaya yang dimiliki Bengkulu,telah kita ketahui peninggalan seperti ini harus dibudayakan karena telah lama dikembangkan sejak zaman kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu  yang telah meninggalkan hasil-hasil budaya yang tinggi dan luhur nilainya,salah satu wujud diantaranya adalah kain basurek.   
Kain basurek yang dikenal sebagai salah satu ciri khas Bengkulu ternyata dalam pengembangannya masih banyak mengalami hambatan,baik dari segi teknologi,bahan baku,SDM maupun pemasaran.hal ini dikarenakan minat masyarakat masih kurang untuk memfungsikan,mungkin karena kualitas dan mode yang tak terlalu menarik,serta kurangnya rasa memiliki budaya sendiri.padahal didaerah lain budaya semacam ini telah banyak ditangguhkan agar tidak diklaim oleh pihak lain coba kita berkaca pada Jogjakarta dan pekalongan yang merupakan pusat batik terbesar di Indonesia,mereka pintar mengakali pasar agar para kaum muda tidak lagi memakai produk luar negeri yang terbiasa bersifat hedonisme selalu menganggap impor merupakan kualitas nomor satu bila kita bandingkan dengan produk dalam negeri tak ada beda,mereka membuat mode batik untuk kaula muda agar pemuda-pemuda di Indonesia belajar mencintai produk dalam negeri.
Kalau saja kita mencontoh dari Jogjakarta dan pekalongan pasti kain basurek memiliki daya saing tinggi bahkan bisa ke tingkat internasional sekalipun,kita patut berbangga dengan memiliki budaya semacam ini,karena hal seperti telah langka mungkin juga telah mulai punah,seharusnya para remaja untuk tidak lagi membeli produk luar yang hanya mengejar gengsi tak ada salahnya kita turut menggerakan budaya kita sendiri,dengan membuka stan-stan khusus batik basurek dengan demikian pasti remaja ini akan terinfluze dan mulai memakainya sebagai mode saat ini.
Selain itu permasalahan yang lebih penting dalam pengembangan kain basurek ini,adalah harga dari kain ini sendiri,memang pada dasarnya batik seharusnya menggunakan kualitas kain yang bagus agar keasliannya dapat terjamin.
Dapat kita perhatikan bahwa kenyataannya bahan kain basurek adalah sutra,yang tentunya jika dipakai untuk keperluan sehari-hari terlalu mahal berkisar antara Rp.50.000,- hingga ratusan ribu rupiah per meternya,untuk taraf ekonomi masyarakat Bengkulu memang agaknya masih sedikit terkendala,menurut pedagang kain toko LIMURA  bila dipatok dengan harga sekarang mungkin hanya bisa dijangkau oleh kalangan menengah ke atas,walaupun dibeli juga itu pun hanya sebagai souvenir untuk tujuan tertentu hal ini sering dieluhkan para pedagang terhadap kurangnya perhatian dan daya minat masyarakat terhadap nilai seni seperti ini,padahal tak seberapa walaupun sedikit merogoh kocek tapi harga tersebut pantas dengan kualitas serta dasar dan tingkat originalnya kain tersebut.
Masyarakat Bengkulu sendiri enggan untuk menggunakan pakaian dan kain basurek,jika tidak karena karena SK Gubernur kepala daerah tingkat I propinsi Bengkulu yang dikeluarkan surat keputusan nomor III tahun 1992 tentang pemakaian pakaian dinas pegawai dilingkungan pemerintah daerah tingkat I Bengkulu.berdasakan hasil obsevasi penggunaan kain basurek dikelompokan menjadi:
·         Seluruh pegawai sipil dari instansi/dinas pemerintahan daerah dan beberapa kanwil dipropinsi Bengkulu
·         Seluruh murid dari tingkat TK hingga tingkat SLTA
Kain basurek merupakan salah satu ikon untuk daerah Bengkulu yang menjadi wujud fisik budaya Bengkulu selain itu fungsi lain dari nilai yang terkandung pada kain basurek berkaitan dengan dengan kehidupan dan keindahan alam dan flora serta fauna.yang memilii nilai seni penting seharusnya kita patut bersyukur dengan adanya peninggalan bersejarah yang sangat penting ini yang patutnya dilestarikan bagi generasi kedepan tentang arti budaya bagi masa yang akan datang.
yang dahulu sudah sejak lama semenjak kedatangan para pedagang dari india dan tokoh yang sangat tekenal yaitu sentot ali basyah yang telah membuat akulturasi percampuran antara india dan arab sehingga terciptanya kain basurek.

 Thank you udah berkunjung di Blog Sebakul...
Semoga bisa menambah wawasan anda...
Andra itawwa_

0 komentar:

Posting Komentar