Jumat, 28 Oktober 2011

Sejarah Terbentuknya Bahasa


Kehadiran manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan dan mahluk yang memiliki akal dan pikiran,kemampuan berinteraksi secara personal maupun social,hal ini menuntut manusia untuk dapat saling berinteraksi  yang dilakukan baik secara verbal maupun non verbal  serta simbolis keseimbangan yang akan menciptakan tatanan social dalam proses kehidupan masyarakat,kemampuan manusia berinteraksi akan menciptakan proses komunikasi yang menuntut adanya penyampaian makna,tentunya yang akan berhubungan dengan bahasa yang dilakukan agar mudah dimengerti kepada lawan bicara,komunikasi sendiri telah menjadi unsur penting dalam dalam seluruh kehidupan manusia,ketertarikan manusia mengenai cara berinteraksi satu sama lainnya,bagaimana berkomunikasi telah sejak lama lahir,dapat kita lihat tentang berbagai penemuan yang muncul  sejalan dengan berkembangnya zaman,serta mengenai penggunaan bahasa yang digunakan untuk membentuk struktur social serta simbol yang diproduksi.
Banyak ilmuwan membedakan antara berbicara  dan bahasa. Mereka percaya bahwa bahasa (dalam konteks untuk komunikasi, dan secara umum sebagai kemampuan kognitif untuk membentuk konsep dan berkomunikasi dengannya) berkembang lebih awal dalam evolusi manusia, dan berbicara (salah satu bentuk komunikasi) telah berkembang jauh lebih awal. Munculnya kemampuan berbicara (tanpa bahasa) juga memungkinkan pada beberapa kasus keterlambatan mental pada manusia atau cacat pembelajaran.salah satu kemampuan yang menarik yang dimiliki oleh pengguna bahasa adalah referensi tingkat-tinggi, atau kemampuan untuk menunjuk ke benda atau keadaan sesuatu yang tidak terjadi secara langsung bagi pembicara. Kemampuan ini terkadang berhubungan kepada teori dari pikiran, atau sebuah kepedulian dari orang lain sebagai mahluk hidup seperti dirinya dengan hasrat dan perhatian sendiri.
Manusia berkomunikasi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia tergantung dengan keadaan sosio historis pada saat manusia itu hidup. Kebutuhan manusia sewaktu zaman pra-sejarah tentunya berbeda dengan manusia pada zaman sekarang.
Begitu juga dengan teknik dan pola komunikasi manusia, berbeda antara manusia sekarang dan manusia pada zaman prasejarah. Pra-sejarah yang dimaksud di sini adalah zaman sebelum manusia mengenal kebudayaan, di mana tulisan termasuk ke dalam contoh kebudayaan itu sendiri.untuk mengetahui dan mempelajari sejarah, maka yang perlu kita ketahui adalah sesuatu yang pernah dihasilkan oleh manusia (masyarakat) pada waktu itu. Karena kita membahas tentang komunikasi manusia sebelum ditemukannya tulisan, maka yang kita perhatikan adalah cara-cara manusia satu berhubungan berhubungan dengan manusia lainnya. Cara-cara itu bisa berupa gambar, simbol, gerak tubuh, atau yang lainnya. Seperti contoh yang terdapat dalam Teori Komunikasi;cetakan pertama,dituliskan bahwa sejak zaman pra-sejarah untuk memberikan peringatan bila ada bahaya, atau untuk memberitahukan ditemukannya sesuatu yang berharga, misalnya, biasanya dilakukan dengan cara berteriak sekuat-kuatnya untuk meningkatkan jangkauan komunikasi suara sehingga dapat secara simultan mencapai seluruh kelompok masyarakat di suatu kawasan.
Bahasa
Peranan penting bahasa bagi manusia selain sebagai media untuk mengekspresikan diri, perasaan, pikiran, keinginan serta kebutuhannya, baik sebagai makhluk pribadi maupun sosial, serta sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial antar manusia dalam mengembangkan peradabannya. Orang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam aktifitasnya di masyarakat. Sifat komunikasi yaitu komunikasi verbal atau komunikasi yang dijalin secara lisan maupun tulisan dan komunikasi non verbal yang dijalin dengan bahasa isyarat maupun simbol-simbol. Dalam melakukan komunikasi verbal,bahasa merupakan sesuatu hal yang penting.begitu pun dipandang dari segi apa pun,bahasa memiliki kedudukan dan mendasar karena dengan memiliki kemampuan berbahasa kita memahami pemaknaan pesan yang disampaikan dengan orang lain.dan akhirnya mampu memgoperasikannya sebagai kebutuhan dasar manusia karena pada dasarnya manusia adalah mahluk social yang harus hidup berdampingan sesamanya
Bahasa tidak henti-hentinya menjadi  perhatian  para ilmuwan sejak dahulu kala.  Sebab, bahasa memiliki posisi sentral bagi kehidupan manusia. Melalui bahasa, ilmu pengetahuan berkembang. Bahkan peradaban berkembang  juga karena  bahasa.
Melalui bahasa, manusia tidak saja ingin menyampaikan pemahaman  kepada orang lain, tetapi juga ingin dipahami oleh orang lain. Begitu sentralnya posisi bahasa bagi manusia, maka tidak berlebihan jika dikatakan bahasa adalah  pusat memahami  dan  pemahaman manusia.
Mengenai evolusi bahasa terbentuk berdasarkan dua pandangan yang pertama melihat bahasa sebagai ciri unik manusia,maksudnya adalah kemampuan yang timbul akibat sampingan otak manusia yang semakin menbesar,dalam hal ini bahasa dianggap baru muncul dalam tempo singkat baru-baru ini,ketika ambang kognitif terlampui.pandangan kedua menegaskan,bahwa lisan berevolusi lewat seleksi alam atas beragam kemampuan pada leluhur bukan manusia,tetapi tidak terbatas pada komunikasi,inti dari pandangan kedua ini adalah bahwa perkembangan anatomi manusia sangat berpengaruh pada kemampuan berbahasa bahasa lisan.kemampuan berbahasa tidak muncul sekaligus sehingga kita bertanya-tanya keunggulan apakah yang diberikan bahasa yang belum berkembang kepada leluhur kita.jawaban yang mencolok adalah bahwa bahasa semacam itu memberi cara berkomunikasi yang efisien,kemampuan ini tentunya bermanfaat bagi kita.
Bahasa membantu manusia memiliki pedoman yang sama dalam menginterprestasikan lingkungannya atau dengan kata lain membantu manusia menyusun kebudayaan sebagai pedoman hidupnya,karena bahasa tejadi akibat tindak yang berulang-ulang dalam masyarakat hal ini dinilai memiliki fungsi berkelanjutan bagi kebudayannya
Asal usul bahasa
Berbicara tentang asal usul bahasa, kita berhadapan dengan suatu aspek kajian yang paling banyak dipertentangkan.bagaimana sesungguhnya asal-usul bahasa, belum ada yang memuaskan.
Karena itu, di antara para penyelidik tentang genealogi keberbahasaan manusia, masih sulit untuk dicapai kesepakatan tunggal yg bersifat final.
begitu muncul pertanyaan “Bagaimana Mulanya bahasa itu Lahir?”.Kita Akan bersinggungan dengan banyak teori yg saling kontradiktif Masing – masing teori mencoba menjelaskan secara spesifik tentang asal bahasa.Beberapa teori dan pendapat itu memilih jawaban yg beragam.
Ada yg cukup ilmiah dan rasional, ada pula yg terkesan lucu, bahkan kadang terasa aneh dan tak masuk akal
.
Bahkan karena terlalu sulitnya sumber-sumber yg bisa menjelaskan secara akurat tentang asal-usul bahasa, pada tahun 1866 masyarakat linguis Perancis sempat melarang mendiskusikan subjek tersebut, karena hal itu dianggap hanya spekulasi yg sama sekali tidak berarti.membicarakan asal bahasa, menurut mereka sebuah pertentangan yg sia-sia.
Penyelidikan Antropologi telah membuktikan bahwa kebanyakan kebudayaan primitif menyakini tentang adanya keterlibatan Dewa atau Tuhan dalam permulaan sejarah berbahasa mereka. Dikatakan pula bahwa manusia diciptakan secara stimulan. Pada penciptaan ini, manusia dikaruniai kemampuan berbahasa sebagai anugerah Illahi.
Konon di Surga Tuhan berdialog dengan Nabi Adam dalam bahasa Yahudi.Sebelum abad ke-18 teori – teori asal bahasa yg semacam ini dikategorikan sebagai divine origin (berdasarkan kepercayaan),menurut teori ini, manusia mempunyai kemampuan insting yg istimewa untuk mengeluarkan eksperi ujaran untuk setiap kesan yg ditemuinya sebagai stimulus dari luar.Kesan yg diterima lewat indra, bagaikan pukulan pada bel hingga mengeluarkan ucapan yg sesuai.tapi teori ini menyuguhkan suatu kesangsian ketika menemukan fakta bahwa ternyata bahasa manusia itu beragam, jika bahasa memang terbentuk secara natural.
Selain itu ada anggapan lain mengenai asal usul bahasa menyimpulkan bahwa bahasa primitif dulu merupakan rangkaian bekerja sama.Kita pun mengalami kerja serupa, misalnya sewaktu mengangkat kayu kita secara spontan dan bersamaan mengeluarkan ucapan-ucapan tertentu.Karena dorongan tekanan otot muncullah kata tertentu yg kemudian lahir sebagai sebuah bahasa ungkap.Demikian juga yg terjadi dengan orang-orang zaman dahulu. Sewaktu bekerja tadi, pita suara mereka bergetar sehingga terlahirlah ucapan-ucapan khusus untuk setiap tindakan mereka.Ucapan – ucapan tadi lalu menjadi nama untuk pekerjaan itu seperti “HEAVE” (angkat), “REST” (diam) dan sebagainya.
Adapun anggapan lain mengatakan bahwa bahasa muncul adalah tiruan terhadap suara alam, seperti guntur, hujan, angin, sungai, ombak samudra dan lainnya.isyarat mendahului ujaran.Para pendukung teori ini menunjukkan penggunaan isyarat oleh berbagai binatang, dan juga sistem isyarat yg dipakai oleh orang-orang primitif.Dalam perkembangan pengetahuan modern, bahasa kemudian menjadi objek kajian yg sangat penting dan kompleks.
Bahasa tidak hanya dipahami sebagai suatu gejala fisik semata, melainkan juga mengandung aktivitas psikologis.Manusia itu tercipta dengan perlengkapan fisik yg sangat sempurna hingga memungkinkan terjadinya ujaran (kemampuan berbahasa).
Namun ujaran, faktor-faktor psikologis pun terlibat.Sebagai contoh, cobalah bayangkan satu telaga yg dikelilingi pepohonan rindang yg didiami banyak burung dan margasatwa lainnya.Tempat yg digambarkan ini akan berbeda antara satu dengan yg lain.
Mungkin anda akan mengatakan bahwa telaga tadi sangat berbahaya dan menakutkan.Pusaran airnya bisa menenggelamkan siapa saja.Namun bagi yg lain, telaga ini bisa menjadi sumber kehidupan,Mungkin anda membayangkan di sana akan terdapat banyak ikan segar.Tentu amat menguntungkan,Bagi yg lain, sungai ini bisa menjadi sumber ilham, tempat beristirahat, melemaskan otot-otot sambil menunggu kejatuhan inspirasi.
Dari gambaran ini ternyata ada kesan psikologis yg berbeda.Kesan-kesan ini mesti diucapkan oleh masing-masing dengan ujaran yg pas.Dengan kata lain, kesan-kesan ini mesti diungkapkan dengan vokal, hingga terucapkan kata-kata.Sebagai umpama misalnya dari gambaran sungai tadi akan muncul kata-kata sepeti ; bahaya, ngeri , dalam, dingin, menenggelamkan, hanyut, arus dan sebagainya, seperti halnya bahasa, adalah hasil kemampuan manusia untuk melihat gejala-gejala sebagai simbol-simbol dan keinginannya untuk mengekspresikan simbol-simbol itu.Pada masa sekarang ini para ahli atropologi umumnya menyimpulkan bahwa manusia dan bahasa berkembang bersama.Manusia telah jadi penghuni kurang lebih satu juta tahun lamanya.
faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangannya menjadi Homo Sapien juga mempengaruhi perkembangan bahasanya, Perkembangan otaknya merubah dia dari setengah manusia menjadi manusia sesungguhnya,Mereka kini mempunyai kemampuan untuk menemukan dan mempergunakan alat-alat dan menemukan metode interaksi yg luar biasa, yakni BAHASA.
Perkembangan bahasa
Para ahli bahasa dan  orang-orang dari bidang ilmu lainnya tak henti-hentinya berspekulasi tentang asal mula bahasa. Memang teka-teki tentang asal mula bahasa itu menjadi kajian menarik bagi mereka yang menyukai misteri.
teori yang memuat spekulasi tentang asal mula bahasa manusia tidak pernah berakhir. Walaupun teka-teki itu dapat menjengkelkan, mungkin pula orang malah akan tergelitik untuk terus mencoba-coba mencari jawabannya.
Bersumber dari Bunyi Alam
Pandangan lain mengenai asal mula bahasa manusia didasarkan pada konsep bunyi alam. Pandangan itu sudah dikemukakan oleh para filsuf yunani kuno. Socrates menyatakan teorinya tentang asal mula bahasa dalam Cratylus Plato.Dalam dialog tersebut, Socrates mencatat bahwa dalam bahasa Yunani, bunyi r sering hilang dalam kata-kata yang mempunyai arti gerak dan bunyi l sering mengacu pada kelancaran. Dia menyimpulkan onomatope, atau peniruan bunyi-bunyi tindakan, merupakan dasar asal mula bahasa dan merupakan alasan mengapa ’yang benar’ dapat ditemukan untuk benda-benda yang menghasilkan bunyi.
Menurut pandangan itu kata-kata yang paling sederhana dapat merupakan tiruan bunyi alam yang didengar oleh manusia di lingkungannya. Kenyataan bahwa bahasa-bahasa modern memiliki beberapa kata yang mirip bunyi-bunyi alam dapat digunakan untuk mendukung teori itu. Dalam bahasa Jawa terdapat kata cicit, dan embik, digunakan sebagai sebutan nama-nama binatang yang berbunyi seperti kedua kata itu, yaitu tikus dan kambing. Dalam bahasa Inggris, terdapat kata cuckoo yang merupakan bunyi burung yang dijadikan nama burung itu sendiri, dan kata “bow – wow, bunyi salak anjing, yang akhirnya menjadikan teori ini disebut teori “bow-wow” (bow wow theory) yang dikemukakan oleh seorang peneliti Jerman Max Mueller.
Namun demikian teori itu mendapat bantahan. Kendati benar bahwa sejumlah kata dalam bahasa-bahasa tertentu bersifat onomatope (penamaan benda atau perbuatan dengan peniruan bunyi yang dihubungkan dengan benda atau perbuatan).
Minat manusia terhadap bahasa bukanlah sesuatu yang baru. Dari catatan sejarah ada bukti bahwa sejak jaman purba manusia sudah tertarik untuk menyelidiki seluk beluk bahasa.Penyelidikan tentang bahasa oleh sekelompok manusia sebagai bangsa itu yang dicatat secara rapi, ada pula yang tidak dicatat, diceritakan dari mulut ke mulut, dari suatu generasi ke generasi berikutnya.Bangsa yang membuat dokumentasi yang teratur dan rapi sehingga masih bisa dilacak sampai jaman sekarang  ialah bangsa Yunani. Hampir semua cabang ilmu sebagai hasil kehidupan intelektual manusia: filsafat, moral, politik, estetika, etika, astronomi, matematika, geometri, dan linguistic, di dokumentasikan secara teratur dan rapi oleh bangsa Yunani. Oleh karena itu, minat kita untuk mempelajari bahasa, mulai dari catatan-catatan para sarjana Yunani.
Jaman Yunani Kuno
Sebagian besar terminologi yang di pergunakan oleh para ahli bahasa dalam mempelajari bahasa-bahasa modern dewasa ini diambil dari istilah-istilah yang dikemukakan oleh para sarjana Yunani, ketika para ahli filsafat dan ahli retorika bahasa dari bangsa itu memperkenalkannya dalam usahanya mempelajari bahasa. Catatan yang paling awal tentang minat bangsa Yunani dalam dunia bahasa biasanya dikaitkan dengan kaum Sofia dalam abad ke- 5 sebelum Masehi. Dalam bahasa Yunani, sophos berarti bijaksana, Sophia artinya kebijaksanaan, dengan demikian, sophists atau kaum sofia ialah sekelompok manusia yang mempelajari hal ikhwal tentang pemikiran-pemikiran orang-orang bijaksana.
Pada dasarnya, pemikiran kaum Sofia terhadap bahasa itu bersifat praktis, sebab mereka sebenarnya adalah guru retorika, yaitu seni debat terbuka. Kaum Sophia itu mempelajari pidato-pidato yang diucapkan oleh para ahli pidato dan mencatat unsur-unsur kebahasaan yang ada pada pidato-pidato tersebut. Kemudian mereka menasehati murid-muridnya (yang biasanya terdiri dari dari calon-calon ahli filsafat, retorika, dan politisi) untuk menggunakan kata-kata atau kalimat yang dipergunakan oleh para ahli pidato tadi. Jadi model berbahasa yang baik adalah berbahasa seperti yang disajikan oleh para ahli pidato pada jaman itu.
Terkait dengan sumbangan ilmiah bangsa Yunani dalam dunia linguistik yaitu kejelian mereka dalam mengamati pertumbuhan bahasa sebagai hasil kontak antara bangsa  Yunani dengan bangsa luar karena adanya kegiatan perdagangan, diplomasi politik, dan pendudukan daerah-daerah jajahan. Kontak manusia itu membawa perubahan arti sesuatu ujaran. Oleh karena itu, bahasa yang tadinya satu dan sama untuk seluruh negeri, berkembang menjadi berbeda di beberapa bagian negeri. Pertumbuhan bahasa diberbagai bagian negeri itu membentuk dialek-dialek. Studi Herodotus.
Dalam mempelajari berbagai dialek bahasa Yunani itu, Herodotus mengamati kata-kata asing yang masuk ke dalam bahasa Yunani. Kemudian timbul masalah : Dialek mana yang dipakai sebagai bahasa kaum cerdik cendikiawan ? Dalam hal ini Herodotus menyarankan para kaum cerdik pandai untuk mempergunakan dialek yang dipakai oleh sarjana-sarjana Homerik yang sudah menguasai betul karya tulis Homer dalam sanjak-sanjaknya, Iliad dan Odyssey.
Ilmuwan Yunani lainnya, yakni Plato yang sangat terkenal itu juga membenarkan hasil pengamatan Herodotus, bahwa pada jamannya sudah banyak kata-kata asing yang masuk ke dalam bahasa Yunani. Pendapat Plato itu dinyatakan dalam dialog Cratylus. Disamping pengamatannya terhadap masuknya kata-kata asing ke dalam bahasa Yunani, Plato memberi sumbangan pemikiran yang tidak kecil dalam studi tentang kebahasaan.
Jaman Pertengahan
Abad pertengahan ialah istilah yang dipergunakan untuk menandai periode dalam sejarah Eropa diantara jatuhnya Kekaisaran Romawi sebagai kekuasaan yang mampu membawa kebesaran pradaban dan administrasi, serangkaian peristiwa serta perubahan-perubahan kebudayaan yang dikenal sebagai jaman Renaissance, yang biasanya diterima sebagai pintu gerbang fase kehidupan modern.
Dalam abad 13, ada sekelompok sarjana filsafat yang dinamakan kaum Modistae. Kata modistae berasal dari kata modus, mode atau mood. Yang berarti cara bagaimana segala sesuatu itu bias ada. Kaum Modistae itu selalu terganggu oleh masalah filsafat yang selalu muncul dalam pikiran mereka. Kaum modistae membawa konsep filosofis itu ke dalam konsep bahasa. Hasilnya studi tentang bahasa dalam gramatika didasarkan pada logika. Mereka percaya bahwa bahasa itu sebagian besar mempunyai sifat universal, dan hanya sebagian kecil saja yang bersifat khusus.
Dalam sistem modistae, ada tiga modes yang diperkenalkan yaitu :
(1)   Moth essensi (modes of existence), ialah cara bagaimana barang sesuatu itu ada
(2)   Moth inteligendi (modes of perception) yaitu bagaimana melakukan persepsi terhadap sesuatu.
(3)  Modi significandi (modes of signifying) ialah lambang yang melambangkan objek.
Diantara ketiga modi diatas, bagi kaum modistae dan penganut-penganut cartesius, modi intelegendilah yang paling penting karena bahasa-bahasa itu menganut prinsip logika, dan bahasa itu tunduk pada aturan-aturan (rule governed0). Sebaliknya, bagi penganut Bloomfield, modi significandi lah yang penting, karena moth significandi itu berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, dan itulah yang menyebabkan bahasa itu mempunyai sifat unik. Unik artinya mempunyai cirri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Ciri khas  ini bias menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem yang lain. (Chaer, 2003:51)
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa. Bahkan dalam mimpipun manusia menggunakan bahasa. Sehingga tidak salah kalau kita katakana  bahwa bahasa itu dinamis.
Bahasa itu tidak statis, dalam semua bahasa ujaran-ujaran baru selalu diciptakan. Seorang anak yang belajar bahasa memiliki sifat aktif dalam membentuk dan menghasilkan ujaran-ujaran yang belum pernah didengar sebelumnya. Yang selanjutnya membentuk pola-pola baru sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan.





1 komentar: